Bab 254 Bell Showroom Untukku 

“Kenapa? Kali ini sudah cukup?” 

Liander mengira akhirnya Ardika sudah puas. Dia menoibir dan berkata, “Tapi, kamu harus berjanji padaku terlebih dahulu. Kelak, kita nggak punya hubungan apa–apa lagi dan jangan memberi tahu orang lain bahwa kamu sudah menyelamatkan. anggota Keluarga Septio Provinsi Aste.” 

Dia tidak ingin Ardika memanfaatkan nama Keluarga Septio Provinsi Aste untuk melakukan hal buruk dan merusak reputasi keluarga mereka. 

Ardika tersenyum dan berkata, “Tadi kamu bilang namamu Liander, ‘kan? Akut hanya ingin mengingatkanmu satu hal.” 

“Sepertinya kamu perlu mengingat–ingat kembali batas nominal penggunaan 

selembar cek.” 

Selesai berbicara, dia menatap Liander seperti menatap idiot. 

Liander tertegun sejenak, lalu menoleh dan menatap pengawalnya, “Apa aku benar- benar sudah melupakan batas nominal penggunaan selembar cek?” 

“Ya, Tuan Muda.” 

Kemudian, pengawal itu bertanya, “Kalau begitu, apa ceknya jadi ditulis lagi?” 

“Untuk apa ditulis lagi?!” teriak Liander dengan marah. Wajahnya tampak memerah 

karena malu. 

Dia adalah Tuan Muda Keluarga Septio Provinsi Aste, tetapi dia malah dipandang 

rendah oleh seorang menantu benalu keluarga kaya kelas dua Kota Banyuli! 

Berusaha menutupi ekspresi malunya, dia bertanya pada Ardika dengan dingin,” 

Katakan saja. Sebenarnya berapa banyak uang yang kamu inginkan, kamu baru 

puas?!” 

“Ah, apa hanya uang yang bisa kamu tawarkan?” 

Ardika tersenyum. Kemudian, dia mengamati sekelilingnya dan berkata dengan. 

santai, “Begini saja, bagaimana kalau kamu membelikan seluruh Showroom Mobil Neptus ini untukku, maka aku akan menganggap utang budi kalian lunas.” 

“Rachel, kamu sudah lihat sendiri, ‘kan? Tadi kamu bilang dia nggak menginginkan uang, tapi ternyata dia hanya merasa uang yang kita tawarkan kurang banyak.” 

Melihat akhirnya Ardika menunjukkan karakter aslinya, Liander pun tertawa. 

Rachel menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya. Melalui sorot matanya, bisa terlihat betapa hancurnya hati wanita itu. 

Apa dia benar–benar salah menilai Ardika? 

Melihat sorot mata Rachel, Ardika tidak memberi tanggapan. 

Dia sama sekali tidak ingin berhubungan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste ini. 

Kalau Rachel salah paham padanya, maka dia terbebas dari satu masalah. 

“Rachel, inilah karakter asli dari masyarakat zaman sekarang. Kamu yang terlalu polos.” 

Liander menepuk–nepuk pundak adiknya, lalu menoleh ke arah pengawalnya dan menginstruksikan, “Panggil Tarno ke sini.” 

Tak lama kemudian, Tarno menghampiri Liander dengan perasaan gelisah. 

Liander berkata dengan terus terang, “Aku ingin membeli Showroom Mobil Neptus, lalu memberikannya kepada Ardika. Berapa harganya?” 

Begitu mendengar ucapan Liander, Wisnu dan dua orang lainnya hampir terjatuh ke 

lantai. 

Astaga, idiot itu benar–benar beruntung! 

Terutama Wulan. Dia ingin sekali menerjang ke hadapan Liander dan menawarkan dirinya untuk menjadi wanita pria itu. 

Tarno juga melirik Ardika dengan sorot mata terkejut, lalu menoleh dan berkata, ” Tuan Muda Liander, paling sedikit nilai Showroom Mobil Neptus ini sebesar puluhan triliun. Selain itu….” 

Selain itu, apa mungkin Billy akan menjualnya? 

Tentu saja tidak mungkin! 

Liander juga agak tercengang. “Puluhan triliun, ya 

ya…. 

Melihat pemuda itu tercengang, Ardika tersenyum dan bertanya, “Kenapa? Apa Tuan Muda Liander bahkan nggak bisa mengeluarkan uang sebesar 20 triliun?” 

“Omong kosong apaan yang kamu bicarakan? Keluarga Septio Provinsi Aste nggak kekurangan uang! Apa artinya 20 triliun?!” kata Liander dengan marah. 

Bagi Keluarga Septio Provinsi Aste, 20 triliun bukan angka yang besar. 

Namun, kalau mengeluarkan uang sebanyak itu sekaligus untuk membeli  S~ᴇaʀᴄh the FɪndNøvel.ɴet website on Gøøglᴇ to access chapters of novels early and in the highest quality.

Showroom Mobil Neptus, lalu memberikannya kepada Ardika, dia pasti tidak bisa 

melakukannya. 

Sambil memelototi Ardika, Liander berkata, “Aku akan mendiskusikan hal ini 

kepada keluargaku terlebih dahulu!” 

Bagaimana mungkin pemuda yang sudah terbiasa menundukkan orang lain dengan 

uang seperti Liander mengakuan kekalahannya pada Ardika? 

“Oh, ternyata Tuan Muda Liander nggak bisa mengambil keputusan, ya. Kalau 

begitu, setelah kamu selesai mendiskusikannya kepada keluargamu, baru datang 

temui aku lagi.” 

Selesai berbicara, tiba–tiba ekspresi Ardika berubah menjadi muram. “Sekarang, 

silakan minggir sana.” 

“Beraninya kamu menyuruhku minggir!” kata Liander dengan marah. Dia tetap 

menghalangi mobil Ardika. 

Malas beromong kosong dengannya lagi, Ardika langsung menginjak pedal gas. 

“Brum!” 

Tiba–tiba, terdengar deru mesin mobil balap yang sangat keras. Dalam sekejap. 

mobil tersebut mulai melaju ke depan. 

Sᴇarch the FindNovel.net website on G𝘰𝘰gle to access chapters of novels early and in the highest quality.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report
Do you like this site? Donate here:
Your donations will go towards maintaining / hosting the site!