Bab 20 Menendangnya dari Kasur 

Ruangan itu dipenuhi dengan bau alkohol yang menyengat. 

Theo menunduk untuk melihat kotoran di kemejanya. Akhirnya, dia menyadari apa yang dikatakan Kayla tadi. Dia berkata, “Theo, aku mau muntah.” 

“Kayla!” Dia menggertakkan giginya sambil meneriakkan kata ini. 

Keheningan berlangsung selama belasan detik…. 

Entah karena Theo malas berbasa–basi dengan orang mabuk atau dia tidak tahan terus berada di samping Kayla, dia membuka sebotol air dan memaksa Kayla untuk berkumur, lalu pergi ke kamar 

mandi dengan ekspresi suram. 

Sepuluh menit kemudian, Theo keluar dengan handuk yang membungkus badannya. Sedangkan Kayla sudah terbaring meringkuk di tempat tidur dan terlelap. 

Theo menyeka tetesan air di rambutnya, lalu menyuruh orang mengantarkan pakalan untuknya. 

Kamar hotel berada di lantai 45 dan dilengkapi dengan jendela panorama yang menghadap ke separuh pemandangan Kota Bapura. Tidak terdengar kebisingan ataupun keramaian, hanya terlihat lampu terang yang indah, seperti lukisan yang damai. 

Di belakangnya, ada wajah wanita yang tertidur nyenyak. 

Theo menyalakan rokok. Di tengah asap–asap rokok yang kabur, dia menoleh ke arah Kayla yang sedang tertidur pulas di atas kasur. 

Di bawah cahaya, sebagian besar wajah wanita itu masuk ke dalam bantal yang empuk, sedangkan separuh bagian bantal sudah dinodai dengan lapisan bedak. 

Dia cukup patuh setelah mabuk. 

Theo mengisap rokok, lalu berjalan menghampiri Kayla. Dia mengangkat selimut dan hendak tidur, tetapi ketika dia baru duduk, wanita yang dianggap “patuh” di sebelahnya itu tiba–tiba menendang pinggangnya sambil berkata dengan suara serak, “Pergi ….. 

Tendangan ini sangat kuat, Theo yang tidak mengantisipasi pun tertendang. Dia merintih kesakitan, rasanya ginjalnya sudah ditendang keluar oleh Kayla! 

“Kayla.” Dia menoleh dengan penuh amarah, lalu mengulurkan tangannya untuk mencubit wajah Kayla.” 

Kamu sengaja, ‘kan?” 

Kayla memejamkan matanya dan tertidur nyenyak. Dia sama sekali tidak sadar dan tidak terlihat seperti sedang berpura–pura tidur. O 

Kayla yang tertidur lelap dibangunkan oleh sinar matahari pagi yang silau. Dia menatap langit–langit 

untuk cukup lama sebelum menyadari bahwa tempat ini bukanlah rumah kontrakannya. 

Sakit kepala yang dia rasakan setelah mabuk sangat luar biasa. Dia perlahan–lahan duduk sambil memegang kepalanya. Setelah melihat sekeliling, dia tahu bahwa ini adalah hotel. 

Dia sontak menundukkan kepalanya untuk memeriksa pakaiannya. Pakaian yang dia kenakan kemarin sudah digantikan oleh kemeja pria berukuran besar. Bahkan kemeja ini tampak sangat mewah. 

Setelah menikah dengan Theo selama tiga tahun, dia mengenal aroma tubuh Theo dengan baik. Sekalipun saat ini dia hanya sendirian di dalam ruangan, dia yakin bahwa pakaian ini milik Theo. 

Setelah mandi, Kayla mencari di sekeliling ruangan, tetapi tidak menemukan pakaiannya. Jadi, dia berencana mencari di luar. 

Semalam, dia sangat mabuk hingga melupakan seluruh kejadian. Namun, berdasarkan sikap cuek Theo terhadapnya dan… kondisi tubuhnya, Theo paling–paling hanya menggantikan pakaiannya. 

Tentu saja, dia tidak berpikir Theo membantunya karena berbaik hati, melainkan karena menganggapnya kotor. 

Tepat ketika Kayla membuka pintu dan hendak berjalan keluar, dia mendengar suara Carlos dari ruang tamu. “Davin mengadakan pesta penyambutan di Vila Gamma malam ini, ayo pergi bersama.” 

Kayla yang sudah mengangkat kaki pun menarik kembali kakinya. Dia tidak menyangka akan ada orang di luar. Saat ini, dia sedang mengenakan kemeja tipis Theo yang panjangnya tidak sampai lutut. Selain itu, dia tidak mengenakan pakaian dalam apa pun. 

Dia hendak menutup pintu lagi, tetapi ketika tangannya baru memegang gagang pintu, Theo sudah menoleh ke arahnya. Melihat kemeja di tubuhnya, Theo pun menyipitkan mata. 

Melihat ekspresi Theo yang tiba–tiba berubah, Carlos otomatis menoleh ke arah yang dilihat Theo. 1 

Theo langsung melangkah maju untuk menghalangi pandangannya. “Aku mengerti, kamu pergi dulu.” 

Saat ini, Kayla sudah menutup pintu. 

Carlos menyadari sesuatu dan memalingkan wajah dengan penuh pengertian. Dia berdeham, lalu berbalik meninggalkan kamar. 

Di kamar tidur, Kayla membungkus tubuhnya yang hampir telanjang dengan selimut. Setengah menit kemudian. Theo masuk. Melihat Kayla terbungkus seperti jangkrik di atas kasur, dia tersenyum sinis sambil berkata dengan nada mengejek, “Sekarang sudah tahu malu?” 

Kayla memahami maksudnya, Theo sedang membahas masa lalu. 

Kayla pun membalas dengan lantang. “Terkadang orang bisa buta, bagaimanapun, aku harus berterimal kasih padamu.” 

Theo menyipitkan matanya, sepertinya kata–kata ini bermaksud lain. 

“Kalau nggak bertemu dengan bajingan sepertimu, penyakit ini nggak akan terobati. Dengan adanya kamu sebagai perbandingan, kelak kalau aku mencari pasangan lagi, aku pasti akan hidup bahagia, 

karena …. 

Kayla memperkuat nada bicaranya. “Sekalipun dia adalah anjing, dia pasti lebih baik darimu.” 

Mendengar ucapan Kayla, wajah Theo pun dipenuhi dengan amarah. Namun, sebelum dia menjawab, Kayla sudah mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, “Di mana pakaianku?” 

Pria itu berkata sambil tersenyum sinis, “Suruh anjing ambilkan.” 

“Malam ini, ikut aku pergi ke Vila Gamma.” 

Vila Gamma adalah tempat tinggal Davin, Kayla mengerutkan keningnya sambil menjawab, “Nggak mau.” 

Dia tidak tahu soal kepulangan Davin dan tidak diundang ke pesta penyambutan. Karena beberapa kejadian di masa lalu, dia tidak ingin bertemu dengan teman lama itu, apalagi pergi bersama Theo…. 

“Menemaniku menghadiri pesta adalah tugasmu sebagai Nyonya Oliver.” 

Kata “Nyonya Oliver ini seperti jarum yang menusuk hatinya. 

Kayla merasa dirinya perlu mengingatkan Theo. “Kalau bukan karena Ibu pingsan kemarin, sekarang kita sudah bercerai.” 

Pasangan yang akan segera bercerai tidak perlu berpura–pura mesra, sungguh menjijikkan! 

Theo yang sedang berganti pakaian pun berbalik sambil berkata dengan santai, “Karena kita belum bercerai, kamu tetap adalah Nyonya Oliver. Setelah menikmati keuntungan menjadi Nyonya Oliver, sudah seharusnya kamu menjalani tugasmu dengan baik.” 

Keuntungan menjadi Nyonya Oliver? 

Kayla merasa konyol. Dia mengangkat sudut bibirnya sambil berkata, “Manfaat terbesar yang Nyonya Oliver berikan padaku adalah menjadi pesuruh di Perusahaan Oliver selama tiga tahun.” 

“Ting tong….” 

Bel pintu berdering. Theo pergi membuka pintu.  S~ᴇaʀᴄh the FɪndNøvel.ɴᴇt website on Gøøglᴇ to access chapters of novels early and in the highest quality.

“Pak Theo, ini adalah pakaian yang Anda pesankan untuk istri Anda.” Kayla mendengar suara manajer Vetro. “Ronan bilang dia ingin meminta maaf secara pribadi pada istri Anda. Sejak semalam sampai sekarang, saya nggak berani membuat keputusan. Bagaimana pendapat Anda?” 

Semalam, Ronan tidak sudi dan mengejar Carlos untuk menanyakan identitas Kayla. Tak disangka, dia mendengar jawaban yang membuatnya tercengang…. Nyonya Oliver. 

Pada saat ini, Theo menoleh ke arah Kayla sambil berkata, “Tanpa identitas Nyonya Oliver, apa 

menurutmu Ronan akan berinisiatif meminta maaf?” 

Setiap kata–katanya mengandung ejekan yang sinis. 

Di ujung lain protofon, manajer itu masih menunggu jawaban. 

Kayla tidak membutuhkan permintaan maaf dan sikapnya menjadi makin dingin. “Aku akan segera melepas status Nyonya Oliver, jangan cari aku.” 1 

Maksudnya, jangan menggangguku! 

Sᴇarch the FindNovel.net website on G𝘰𝘰gle to access chapters of novels early and in the highest quality.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report
Do you like this site? Donate here:
Your donations will go towards maintaining / hosting the site!