Bab 26 Pria Penguntit Sungguh Menyebalkan 

Kayla tidak mempertimbangkan apakah dia sudah bosan hidup. Dia hanya tahu bahwa meskipun dia harus pulang ke Vila Aeris sekarang, dia tidak akan duduk di mobil yang sama dengan Theo! 

Dia naik taksi pergi ke Vila Aeris. Entah disengaja atau tidak, mereka tiba bersamaan. 

Kayla mengabaikannya, lalu mendengus dingin sambil menaiki tangga. 

Melihatnya pulang, Bibi Mirna berkata dengan gembira, “Nyonya, akhirnya Anda kembali! Beberapa hari ini, suasana hati Tuan sangat buruk. Aku bahkan nggak berani bersuara ketika bersih–bersih.” 

Kayla bukanlah orang yang temperamental. Dulu, dialah yang mempekerjakan Bibi Mirna, jadi Bibi Mirna bersikap santai di hadapannya dan terus mengoceh, “Suami istri mana yang nggak bertengkar? Seperti kata pepatah, sesering apa pun suami istri bertengkar, ujung–ujungnya pasti akan berdamai. Sebenarnya Tuan juga peduli pada Nyonya….” (1 

Kayla tidak ingin mendengarkan orang memuji Theo, Jadi dia otomatis bertanya, “Bibi Mirna, apa suamimu memakan makanan yang Bibi pesan?” 

Bibi Mima tidak tahu mengapa Kayla tiba–tiba menanyakan hal ini, jadi dia pun menjawab dengan jujur, Makan, suamiku nggak pemilih. Dia makan apa pun yang kupesan dan kumasak.” 

Kayla mengganti sepatu, lalu berkata dengan tenang. “Tapi suamiku nggak pernah memakan makanan yang kupesankan untuknya, apalagi yang kumasak.”  Sᴇaʀch Thᴇ Find ɴøᴠel.nᴇt website on Gøøglᴇ to access chapters of novels early and in the highest quality.

Seketika, Bibi Mirna terdiam. Dia diam–diam menatap pria yang berdiri di depan pintu. Melihat Theo sedang mengatupkan bibirnya dengan ekspresi masam dan sekujur tubuhnya dipenuhi aura dingin, suasana pun menjadi agak mencekam 

Kayla langsung pergi ke lantai dua. Ketika membuka pintu kamar tidur, aroma yang familier muncul dari dalamnya. 

Sepertinya akhir–akhir ini Theo tidak pulang tidur. Perabotan di dalam kantar masih sama seperti saat dia pergi, bahkan benda–benda kecil yang dia letakkan di samping kasur pun masih ada. 

Karena tiba–tiba pulang untuk mengemasi barang, Kayla tidak punya persiapan. Hanya ada dua koper berukuran 30 inci di rumah, sekalipun diisi penuh, tidak akan cukup untuk mengisi seperempat pakaian di lemari. 

Dia telah mengambil semua pakaian yang dibelinya, yang tersisa adalah pemberian Theo. Semual pakaian–pakaian itu adalah model terbaru dari merek–merek ternama, model yang tidak dapat dibeli oleh orang biasa meskipun punya uang. Sekalipun dia mengganti pakaian setiap hari, dia dapat memakai pakalan yang berbeda–beda selama dua tahun. 

Dalam tiga tahun pernikahannya, selain tidak menyukai Kayla, Theo tidak pernah merugikannya dalam hal materi. Meskipun sesekali dia merasa Theo mungkin menyukainya….. 

15 BONUS 

Ketika Theo masuk ke dalam kamar, dia kebetulan melihat Kayla sedang berjongkok sambil memasukkan barang–barang ke dalam koper. Dia merasa sangat gelisah dan ekspresinya menjadi sangat muram. “Bukannya hanya nggak makan makanan yang kamu pesan? Apa kamu perlu terus mempermasalahkan hal sepele seperti itu?” 

Kayla melemparkan pakaian yang sudah dilipat ke dalam koper, lalu berdiri dan menatapnya sambil berkata, “Kamu rasa itu masalah sepele?” 

Mendengar pertanyaan ini. Theo pun mengerutkan keningnya sambil berkata dengan tertekan. “Kupikir kita sama–sama menyetujui cara ini.” 

Mempekerjakan Kayla sebagai asisten pribadi Theo adalah keinginan Evl. Theo menuruti Evi, tetapi bukan berarti dia harus memakan makanan yang dipesan Kayla. Saat itu, dia juga pernah mengingatkan bahwa Kayla boleh pindah ke departemen lain kapan saja. 

Kayla yang tidak bersedia. 

Karena Kayla tidak berambisi dan bersedia melakukan pekerjaan rendahan seperti itu, dia pun tidak keberatan dan menganggap Kayla sebagai seorang pemalas. 

Melihat sikap tak bersalah Theo, Kayla sangat emosi hingga ingin tertawa terbahak–bahak. Dia sungguh ingin memecahkan kepala Theo untuk melihat isi di dalamnya

“Ya, kita menyetujui cara ini. Jadi, sekarang aku ingin bercerai, itu juga adalah kesepakatan kita saat menikah.” 

Kayla malas memilah satu per satu pakaian lagi. Dia langsung memasukkan semua pakaian ke dalam koper dengan berantakan, lalu menutup ritsleting sambil berkata, “Aku akan pindahkan sisanya besok. Senin nanti, mari pergi bercerai agar nggak menunda satu sama lain.” 

Mendengar Kayla masih mengucapkan kata–kata seperti ini, kesabaran Theo terkuras habis. Ketika Kayla melewatinya sambil membawa koper, dia meraih pergelangan tangan Kayla, lalu mendorong Kayla ke sofa dan melemparkan ponselnya. 

“Pesan.” 

Kayla mengerutkan keningnya dengan kesal, dia tidak memahami maksud Theo. 

Theo lanjut berkata, “Kamu juga sudah dengar pesan dokter. Ibu nggak boleh emosi, bukannya kamu ribut denganku karena aku nggak memakan makanan yang kamu pesan? Sekarang, pesanlah, aku akan memakannya sekarang juga. Jangan mengungkit soal bercerai lagi, setidaknya jangan membahas hal ini sebelum kondisi Ibu stabil.” 

Kayla tetap merasa was–was, dia merasa Theo sengaja

Ini bukan soal makanan, juga bukan soal keributan. Theo tahu betul masalah terbesar dari pernikahan ini, tetapi sengaja menghindar dan menyalahartikan maksud Kayla. 

Kayla langsung menatap pria itu dengan tegas. “Toleransi terbesarku adalah menyembunyikan hal ini dari Ibu, aku nggak akan memberitahunya soal perceraian kita. Kalau kamu ingin menjaga harga dirimu, aku juga akan menurut. Kamu boleh memanggilku kapan saja,” s 

Dia memang berkata demikian, tetapi setelah berceral. Theo tidak berhak mengaturnya. Jadi, sekarang dia pasti harus bersikap balk. 

Melihat ekspresi Theo sangat suram dan penuh dengan amarah, Kayla menjadi kesal dan langsung. berkata kasar. “Theo, pria penguntit sungguh menyebalkan.” 

Dia sangat memahami Theo. Tuan muda seperti Theo hidup terpandang sejak kecil dan sudah terbiasa disanjung. Bagaimana mungkin bisa menerima Kayla mengoloknya seperti Itu? 

“Penguntit?” Theo sangat kesal. Terkandung amarah yang membara di dalam suaranya. Dia mencibir sambil berkata dengan nada menghina, “Kamu? Apa kamu pantas?” 

Dia berdiri, lalu memandang Kayla dengan tatapan merendahkan, “Besok pengacara akan 

menghubungimu untuk membahas soal perceralan. Sekarang, keluarlah dari sini.” 

Kayla buru–buru bangkit dari sofa. Karena takut Theo berubah pikiran, dia segera membawa koper dan lari. “Aku akan mengemas sisanya besok.” 

“Nggak usah, aku akan menyuruh Bibi Mirna membuangnya.” 

Kayla terus berjalan menjauh dan suaranya terdengar dari kejauhan. “Oke, terserah kamu!” 

Melihat sosok Kayla yang terus menjauh, raut wajah Theo menjadi makin muram …. 

Sᴇarch the FindNovel.net website on G𝘰𝘰gle to access chapters of novels early and in the highest quality.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report
Do you like this site? Donate here:
Your donations will go towards maintaining / hosting the site!